Menerobos dalam gelap dan menemukan detak jantungku
Hidup dalam kesendiriannya
Menunggumu seperti aku sudah tahu sejak lama bahwa kau akan tiba
Detik itu aku siap mengambil seluruh bibirmu hanya untukku
Menciummu seperti menuliskan puisi-puisi rindu
Seolah setiap helaan napas di antara kita adalah jeda yang bermakna
Membentuk irama kata di mana tak ada satupun dari kita ingin mengakhirinya
Tuturmu terasa seperti kunci
Bagi misteri yang bahkan tak ku sadari tengah ku cari
Lalu ku biarkan kau menulis ayat suci
Pada tubuh yang telah menjadi do'a itu sendiri
Bagaimana jika hasrat bukan terletak pada gemerlap mata ketika petang tiba?
Tetapi pada cara kau menyingkap segala dusta tatkala kantuk mulai menjamah di sana
Bagaimana jika kepasrahan bukan sekedar lutut yang bersimpuh?
Tetapi hati yang melepas sakanya, mengaduh,
"Sentuh aku di sini—
di sudut yang aku kira
tak ada cinta yang mampu menerimanya."
Mungkin keintiman bukan hanya tentang menanggalkan seluruh pakaian yang ada
Melainkan juga menanggalkan topeng "Aku baik-baik saja"
Mungkin menjadi telanjang bukan tentang tubuh yang terbuka
Melainkan jiwa yang tak lagi berpura-pura
Maka biarkan saja hasrat ini berjalan perlahan
Seperti bayangan yang membentang saat matahari terbenam
Seperti tangan yang menyentuhmu di tengah keramaian, seolah itu hanya kebetulan
Tapi begitu penuh getaran, hingga kau tersadar itu adalah kenyataan tak terucapkan
Biarkan saja hal ini menjadi sakral
Seperti cahaya bulan yang merayap lambat di atas lautan
Seperti lilin yang meneteskan tubuhnya, seolah dilahirkan hanya untuk satu tujuan
Melebur dalam bara dari sesuatu yang jauh lebih besar
Dari semua yang telah ku tuliskan,
satu hal yang aku sangat ingin kau dengar
Sayang, aku ingin pulang
Aku ingin pulang pada bibirmu yang tenang.
- Kening, 224
Comments
Post a Comment