Mari bercinta, duka.

Ku tantang kau,
mecicipi lukamu seperti pecinta.
Membiarkannya menyusup rakus serupa dosa pertama,
menggeliat buas di lorong sukma,
menumpahkan hasrat rahasia yang dikutuk senyapnya.

Ku tantang kau,
menelanjangi tubuhmu habis tak bersisa,
Melumat semua deru malu yang kau punya.
Setiap kancing yang terbuka adalah mantra.
Setiap desahan adalah persembahan yang ada.

Ku tantang kau,
menyentuhnya perlahan lalu binasa.
menyayat sampai isaknya tak bernyawa,
mencumbu urat-urat luka yang menolak doa,
mengerang kelaparan, "Seberapa dalam kau bisa tenggelam, sayang?"

Ku tantang kau,
menyembelih badai pada ruas-ruas paha.
kehilangan arah dan tak punya nama,
menjelma binatang yang meronta-ronta,
mengunyah reruntuh luka sampai tulangnya menganga.

Ku tantang kau
menyerahkan lenguhmu.
Biarkan ia juga berderu saat bercumbu.
Biarkan ia juga mencicipi asin peluh yang tak dipinta itu.
Biarkan ia tahu tak ada tempat lebih kudus dari tubuh yang berabu.

Dari rahim derita, gairah menjelma,
setengah cahaya, setengah lagi neraka.
Mana surga yang sudi memeluk nestapa?
Tak ada iblis seberani ini mencumbu derita.

Persetan dengan pendosa.
Malam ini mari bercinta, duka.

Comments